foto seminar
Program studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tadulako (Untad) menyelenggarakan seminar nasional dan workshop di Auditorium Untad, Sabtu (21/12). Kegiatan dihadiri oleh mahasiswa, guru dan dosen sebanyak 300 peserta. Dalam kegiatan ini, ada 3 rangkaian agenda utama yakni seminar nasional, workshop, dan presentasi makalah secara paralel.

Kegiatan yang mengangkat tema “Menggagas Perubahan Paradigma Pembelajaran Matematika Menuju Student-Oriented” ini dibuka secara langsung oleh Dekan FKIP Untad, Dr. H. Gazali Lembah, M.Pd. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa sangat mengapresiasi dilaksanakannya kegiatan tersebut. Menurutnya kegiatan seperti ini sangat bermanfaat, mengingat bahwa untuk mengubah paradigma dari pembelajaran yang berorientasi guru menjadi orientasi siswa (student-oriented) itu tidak mudah bagi guru matematika. Perlu adanya strategi pembelajaran yang menarik, terlebih saat ini guru dituntut untuk menerapkan kurikulum 2013 yang mengedepankan pembelajaran student-oriented.

Kegiatan pertama diawali dengan seminar nasional pendidikan matematika. Hadir 4 orang narasumber yang ahli di bidangnya. Mereka adalah Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc. (dosen Universitas Negeri Padang), Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd (dosen FKIP Untad), Dr. Muhammad Darwis, M.Pd (Dosen Universitas Negeri Makassar), dan Dr. Usman Mulbar, M.Pd (Dosen Universitas Negeri Makassar).

Pemateri pertama yaitu Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc.. Guru besar yang lama mengenyam pendidikan di negeri tulip ini membahas materi yang berjudul “Merancang Alur Belajar dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)”. Prof. Fauzan memaparkan bahwa RME merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dalam penerapannya mengaitkan dunia nyata (kontekstual). Dalam RME, siswa akan melewati horizontal matematisasi (proses mematematisasi masalah-masalah kontekstual) dan vertikal matematisasi (proses penemuan algoritma). “Pada mulanya siswa akan memecahkan masalah secara informal (menggunakan bahasa mereka sendiri). Selanjutnya masuk pada tahap lebih formal, dan di akhir proses siswa akan menemukan suatu algoritma,” jelas Prof. Fauzan.

Selain itu, menurutnya lagi bahwa ide pembelajaran dalam RME ini seperti fenomena gunung es. “Kita ketahui bersama bahwa gunung es yang muncul di permukaan laut memiliki penyangga yang kokoh,” Kata Prof. Fauzan. “Begitu pula dengan RME ini, hendaknya siswa mempunyai bekal berupa belbagai pengalaman belajar yang terkait dengan realita mereka, sehingga nantinya mereka mampu menguasai konsep dan prinsip matematika yang bersifat abstrak dan deduktif,” tambahnya. Pengalaman belajar siswa sebagai penyangga, sedangkan penguasaan konsep serta prinsip matematikanya merupakan pengandaian dari puncak gunung es yang dimaksud.

Selanjutnya pemateri kedua, Prof. Dr. Maxinus Jaeng, M.Pd membahas materi tentang pendidikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Prof. Maxinus menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika terutama di tingkat sekolah dasar, sebaiknya diawali dengan kehidupan yang biasa dialami siswa sehari-hari. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menyukai belajar matematika. Mereka tidak merasa kesulitan, canggung, atau pun bosan mempelajari matematika karena dimulai dari kehidupan nyata.

Dalam pemaparannya, Guru besar FKIP untad ini juga menjelaskan bahwa kehidupan manusia itu tidak terlepas dengan yang namanya matematika. Matematika dapat ditemukan pada kegiatan jual beli di pasar, aktivitas-aktivitas di rumah, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.

Beranjak pada materi ketiga yang dibawakan oleh Dr. Muhammad Darwis, M.Pd. Beliau menjelaskan materi yang berjudul “Mengajarkan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika; Refleksi dari hasil PISA dan TIMSS Siswa Indonesia”. Menurutnya, PISA (Programme for International Student Assessment) adalah studi tentang program penilaian siswa tingkat internasional yang diselenggarakan oleh OECD (Organisation for Economic Cooperation and Development). Lain halnya dengan TIMSS, TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) merupakan studi international tentang kecendrungan, arah atau perkembangan matematika dan sains yang diselenggarakan oleh IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement).

Dr. Darwis mengakui bahwa berdasarkan penilaian dari PISA dan TIMSS, kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih rendah. Di antara penyebab utamanya adalah pembelajaran matematika yang kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang memfasilitasi siswa dalam aktivitas pemecahan masalah. “Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mengajarkan proses dan strategi pemecahan masalah pada soal-soal yang mirip PISA dan TIMSS dalam pembelajaran matematika,” paparnya.

Lanjut pada materi yang terakhir yang tak kalah menariknya dengan materi sebelumnya, yaitu berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik”. Materi ini disampaikan oleh Dr. Usman Mulbar, M.Pd. Beliau menjelaskan bahwa perangkat Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) bagi guru merupakan salah satu prasyarat yang dapat mendukung keterlaksanaan proses pembelajaran di kelas. Pengembangan perangkat PMR hendaknya memperhatikan dengan cermat prinsip dan karakteristik PMR dalam setiap unsur pengembangannya.

“Langkah-langkah dalam PMR ini yaitu pertama siswa memahami masalah kontekstual. Kedua, siswa mampu menyelesaikan masalah kontekstual tersebut. Ketiga, siswa membandingkan dan mendiskusikan jawaban. Terakhir, siswa dapat memberikan kesimpulan,” jelas Dr. Usman.

Setelah terlaksananya seminar nasional, kegiatan dilanjutkan dengan agenda workshop dan presentasi makalah secara paralel. Workshop dilaksanakan di ruang utama Auditorium, sedangkan presentasi makalah dilaksanakan di ruang dua. Dalam workshop, peserta dikelompokan menjadi beberapa kelompok kemudian dilatih dalam membuat soal-soal RME yang menarik. Sedangkan untuk kegiatan presentasi makalah secara paralel, makalah disajikan oleh 9 pemakalah yang merupakan alumni dan dosen Prodi Pendidikan Matematika.

Akhirnya, kegiatan seminar nasional dan workshop dapat berjalan dengan lancar hingga di sore hari. Kegiatan ini pun ditutup secara langsung oleh Dr. Mustamin Idris, M.Si selaku Ketua Panitia. “Apa yang kita bahas hari ini semoga bermanfaat dan dapat segera diaplikasikan. Meskipun dalam menciptakan pembelajaran matematika menuju student-oriented bukanlah pekerjaan yang mudah, butuh proses. Namun harapannya, kita semua dapat berupaya untuk terus melakukan perubahan dan melakukan yang terbaik agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran matematika,” tutupnya.

~Dilaporkan oleh Sie. Publikasi&Dokumentasi~

Categories:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Selamat Datang di Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAD
Akreditasi Unggul FKIP PSPM
Akreditasi Unggul FKIP PSPM
SISTEM INFORMASI AKADEMIK TERPADU
SISTEM INFORMASI AKADEMIK TERPADU